Apa sih kondangan itu??
Ternyata setelah saya telusuri kata kondangan sudah masuk dalam kamus Bahasa Indonesia
Menurut KBBI (kamus Besar Bahasa Indonesia) kondangan adalah pergi menghadiri undangan perkawinan dan sebagainya (untuk mengucapkan selamat dan sebagainya)
Kondangan sudah menjadi aktivitas yang umum, dimana ada yang empunya hajat pasti disitu banyak sekali orang kondangan.
Kita melihat secara global bahwa kondangan itu sebuah tradisi luhur yang diwariskan bangsa Indonesia. Dari aktivitas kondangan kita bias melihat bahwa betapa mereka kuat solidaritasnya juga jiwa sosialnya tinggi.
Untuk persatuan dan kesatuan saya kiraa kondangan ini menjiwai Pancasila sila ke 3, persatuan indonesia
KAPAN SAJA KONDANGAN ITU
Kondangan bisa kita lihat bila ada yang sedang punya hajat. Khusunya diadat jawa banyak sekali moment kondangan, misalnya pernikahan, kelahiran, bangun rumah, bahkan kematian dan masih banyak lagi yang lain
SIAPA SIAPA PELAKU KONDANGAN
Pelaku Kondangan itu biasanya masih mereka-merek yang ada hubungan saudara, hubungan tetangga, rekan kerja, relasi kerja, teman sejawat.
|
GADOGADO MEDIA |
|
GADOGADO MEDIA |
BAGAIMANA KONDANGAN ITU
Sangat beragam orang kondangan menggunakan uang, pada umumnya adalah rekan kerja, sahabat, anak muda, ini lebih simple dan lebih pantas.
Kondangan menggunakan bahan pokok, dimasyarakat kita yang kondangan bahan makanan pokok itu biasanya ibu-ibu diantaranya, beras, mie, telur, roti,tempe, minyak.
NILAI POSITIF DAN NEGATIF
a. Nilai positif
da banyak sekali hikmah dan nilai-nilai positif yang bisa dipetik dari kondangan ini diantaranya jelas nilai silaturahmi persatuan dan kesatuan sebagai jiwa Indonesia
Nilai lain saling gotong royong beban orang yang sedang punya hajat sangat terbantu dengan adanya kondangan. mendekatkan dengan kerabat, istilah jawa sebagai “obor” obor itu adalah cahaya pemberi terang, bagi yang kondangan seakan mereka menjadi padang/terang atas beban saudara yang punya gawe. Dan bias kodangan merupakan suatu kepuasan tersendiri untuk kemudian hari seandainya bertemu dengan yang punya hajat tidak “ciut” atau malu karena sudah kondangan. bahkan dengan adanya kondangan mereka ada alasan untuk silaturahmi, ketika tidak ada alas an itu jadi tidak ada alas an yang mendasar.
b. Nilai negative
Didunia ini ada dua unsur yang saling berdekatan, ada siang ada malam, ada mati ada hidup. Tak lepas dari hal yang Namanya kondangan ada nilai baik positifnya juga menyisakan nilai negatifnya.
Simak paparan ini :
Mau disadari atau tidak bahwa budaya kondangan ini yang semestinya sebagai wadah saling bantu bergeser nilainya menjadi kesan semacam hutang piutang.
Ketika si A pada si B sudah kondangan dan pada giliran si A punya hajat otomatis si B merasa sudah pernah kondangan minimal kondanganya menyesuaikan.
Ada juga yang berpendapat SI C ga kodangan maka ketika si C punya hajat tidak perlu di kondangani meskipun mengundang.
Nilai pergeseran lain, adalah istilah jawa adalah “oncor-oncoran” ssemacam nilai kebanggan kalua dia sudah kondangan dengan jumlah banyak atau nominal yang banyak. Dan ini akan menjadikan keren/riya Ini yang disebut sebagai trend. ketika menjadi bahan obrolan orang banyak. Selanjutnya yang merasa lebih mampu mendengarkan obrolan itu dia akan melebihi dari pada yng sebelumnya.
Membedakan jamuan makan, nilai ini tidak baik, dilihat dari kacamata agama pun tidak baik, karena jamuan yang baik itu harus disamakan baik itu yang kondangan sedikit ataupun banyak baik yang kaya atau yang miskin.
Seperti hadits berikut :
شَرُّ الطَّعَامِ طَعَامُ الْوَلِيْمَةِ يُدْعَى إِلَيْهَا اْلأَغْنِيَاءُ دُوْنَ الْفُقَرَاءِ.
“Sejelek-jelek makanan adalah makanan jamuan resepsi, dimana hanya orang kaya saja yang diundang tanpa mengundang orang miskin.
Ini sering terjadi di kalangan masyarakat kita, mereka akan compare pada tamu, sebagai contoh. Missal si A kondangan menggunakan bakul di gendong berisi bahan sembako, ketika dating maka jamuanya di pisah, dengan si B yang kondangan pakai mobil misalkan. Dipisah disini bisa tempatnya atau harinya. Mereka meng compare seolah si B lebih pantas di hormati dengan jamuan yang beda. Padahal ketika di kurs bias jadi yang kondangan dengan istilah jawanya “gendongan” dan uang jumlahnya akan jauh lebih besar yang menggunakan Gendongan. Dan ini fenomena umum, yang harus diakui.
Nilai negatife selanjutnya yaitu yang penulis soroti adalah, banyaknya makanan yang mubadzir. Bagaimana tidak, ketika mereka yang kondangan akan selalu di bawakan makanan nasi dan lauknya, dan rata-rata tidak akan habis dimakan dirumah. Itu dalam satu kali kondangan, apalagi ketika pas bulan hajatan atau pernikahan bias sampai 4atau 5 kali sehari. Betapa banyak makanan yang mubadzir.
Dan pada akhirnya kita harus menyadari bahwa tradisi ini bagus dan harus dikembalikan ruhnya sebagai wadah silaturahmi dan bantu membantu.
Tidak ada lagi sebagai oncor-oncoran agul-agulan.
Tradisi kondangan selaras dengan jiwa Indonesia yang mengedepankan persatuan dengan bhineka tunggal ikanya.
Harus ada perubahan tradisi dalam memberikan makanan sebagai “laden” agar tidak ada lagi yang Namanya makanan mubadzir.
Terimakasih yang sudah baca, dan komentar di sarankan… agar dalam menulis bias lebih baik.