Jumat, 09 April 2021

MEMBEDAH RANGKAIAN TRADISI GOMBYANG DESA KENOYOJAYAN


Oleh : HAR RIE 
Setiap bulan ruwah (sasi jawa) atau syaban banyak umat islam khususnya ramai mendatangi makam, pemandangan ini sudah umum di sana-sini. bahkan tidak itu saja orang-orang selain mendatangi ahli kubur khusus  alur keluarga juga mendatangi para tokoh-tokoh terkenal ulama,  atau tokoh pejuang kemerdekaan.
acara semacam ini menjadikan tradisi dari tahun ke tahun...
ada yg menyebut istilah arwah,unggahan,resik. dan  masih banyak lagi 

Demikian juga untuk wilayah pinggir selatan kebumen jawa tengah tepatnya di daerah Kenoyojayan,
adalah hari kamis tanggal 8 April 2021 sekitar jam 08.00 WIB sampai selesai, ada kebiasaan unik dan beda untuk.bulan syaban sekaligus menyambut bulan ramadhan.


Dikenal dengan nama  "gombyangan"
rangkaian kegiatan di mulai pada siang hari, warga terutama bapak dan pemuda usia produktif  berbondong-bondong menuju makam sembari mambawa alat cangkul sabit, dan lain-lain untuk bersih bersih dan merapihkan makam, bisa dijelaskan juga bahwa tempat makam yg didatangi yg ada alur keluarga ahli kubur.
setelah selesai merapihkan lingkungan makam mereka duduk melingkar makan bersama.inilah yg dinamakan indonesia betapa persatuan dan kesatuan mereka benar-benar ada.

documentasi sebelum acara 






documentasi setelah makan bersama 












usai tahlil mereka makan bersama mereka membentuk, berkelompok kecil karena satu ambeng biasanya untuk 4 sampai 5 orang. suasana nampak hangat dan akrab, seolah menggambarkan tak ada beban masalah.

rangkaian kegiatan selanjutnya pada malam hari yaitu doa bersama di masjid Al Hadi Kenoyojayan, ada seratus orang atau lebih  memadati ruang  dan serambi masjid, baik laki-laki maupun perempuan. berdasarkan informasi untuk kegiatan malam hari di bagi per RT khusus untuk RW tiga, karena menghindari banyaknya makanan yang akan mubadzir kalau di jadwal cuma semalam, menghindari  banyak warga yang tidak akan tertampung di masjid.
mereka membawa  "ambeng" ( makanan berikut lauknya) istilah jawa . diatas ambeng di taruh secarik kertas berisi list ahli kubur yg akan dikirim fatihah. pada sambutanya imam masjid Al Hadi Kenoyojayan Bapak kyai Suhadi menyampaikan  tentang hakikatnya sadaqah uang dan doa fatihah. manurutnya "kalau sadaqah uang ketika di saku kita ada seratus ribu kita sadaqahkan ke orang maka secara wujud, kita kehilangan uang tersebut, beda lagi dengan sadaqah fatikhah, secara hakikat  sadaqah kita akan terus berlipat lipat. Dimulai dengan mengirim fatikhah untuk ahli-ahli kubur  selanjutnya  diteruskan dengan tahlil berikut doa penutup, 



documentasi  acara makan bersama











acara ini juga dihadiri oleh tokoh masyarakat, tokoh agama dan juga hadir kepala desa kenoyojayan Bapak Martono, saat dimintai keterangan di penutup acara menuturkan bahwa "kegiatan seperti ini bagus positif dan patut untuk di lestarikan jangka penjang selain meningkatkan persatuan dan kesatuan antar warga mengirim ahli kubur adalah hal baik.
Foto imam masjid Kyai Suhadi dan Bapak Martono Kades Kenoyojayan


Menurut penulis ada beberapa hal yang bisa di petik dari kegiatan ini :
1. Adanya peningkatan perstuan dan kesatuan  atau peningkatan ukhwah islamiyah yang bisa tercermin     dari  berkumpulnya warga di masjid dalam konteks positif  tentunya.
2. Adanya lambang kemakmuran
    dengan membawa ambeng ke masjid,  adalah bukti warga  makmur di tengah-tengah kesulitan             pandemi covid-19.
3. Nilai sadaqah, sadaqah ke sesama makhluk hidup melalui makanan dan sadaqah senjata pertolongan     fatihah bagi ahli kubur.
4. Nilai tolong menolong sesama 

Mudah-mudahan  kegiatan ini menjadi kebangkitan umat islam dan bangsa indonesia, bahwa betapa indah  persatuan dan kesatuan, karena bermodalkan persatuan dan kesatuan segala sesuatu akan bisa berjalan ringan dan berhasil. 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

undangan digital